Previous Episode: Normal yang Baru
Next Episode: Kenapa Pediatrik

Kali ini masih ngomongin soal pandemi, pandemi juga punya kisahnya tersendiri, seperti kisah-kisah lainnya, semua akan mengikuti apa yang sudah digariskan, dan kisah-kisah tersebut tidak selalu sesuai dengan apa yang kita perkirakan. Apalagi kisah pandemi ini, setiap orang punya ceritanya masing-masing, ada yang blessing in disguise, ada pula yang harus menghadapi kenyataan yang sulit rasanya dicerna hingga hati terdalam. Kenyataan seperti itu salah satunya harus aku hadapi saat kehilangan Prof Iwan. Guru besar sekolah kedokteran tempat aku menimba ilmu dulu. Beliau buat kami-kami muridnya seperti master Shifu buat Po, Panda tukang makan yang akhirnya berakhir menjadi pahlawan. Sosok prof Iwan tidak begitu besar, tapi tegap, gagah, penuh percaya diri. Dengan kemeja putih rapi lengkap dengan dasi, derap langkahnya cepat seolah terbuangnya waktu adalah musuh terbesarnya. Walaupun langkahnya cepat, tapi jauh dari kata tergesa-gesa, semua langkah seperti sudah terhitung dengan matang dan tanpa cela. Walaupun langkahnya cepat, tapi beliau tidak segan untuk berhenti sejenak saat berpapasan dengan kami muridnya, menanyakan kabar, menyebut nama kami dengan benar, ya beliau hafal, membuat kami merasa istimewa. Mahasiswa urakan tapi diperhatikan oleh beliau yang guru besar. Semangatnya tinggi dalam mengajar, datang tepat waktu dan melafalkan kuliah panjang lebar dengan lancar, kami pun menyaksikan dengan berbinar-binar. Luar biasa, Benar-benar pintar. Tidak pernah sekalipun beliau menyulitkan mahasiswanya, suatu kali beliau pernah berkata, Jadi mahasiswa kedokteran sudah cukup sulit, ngapain juga haru semakin dipersulit. Ada masanya saat aku kuliah kedokteran dulu, semester-semester awal, rasanya sudah tidak mampu lagi lanjut kuliah, Medical school was soo not me. Kuliah gak semangat, tutorial rasanya hampa, lab berasa sia-sia, IPK pun akhirnya seperti gambaran sempurna dari lagu Alm Didi Kempot, Ambyar. Stuck, aku pun datang menghadap prof Iwan, waktu itu beliau adalah wakil dekan kemahasiwaan, curhat pun aku jadinya. Saran beliau sederhana, tetap lanjut lah nerusin sekolah kedokteran, sayang, ada banyak orang yang mau tempatmu sebagai mahasiswa, tapi tidak punya kesempatan, embrace your privilige, katanya dengan lembut penuh kehangatan. Cari aktivitas lain yang bisa mendukung atau paling gak mewarnai harimu sebagai mahasiwa kedokteran. Beliau cerita juga masa-masa sulitnya waktu masih jadi mahasiswa berpuluh tahun silam, toh walaupun sulit, beliau tetap bisa berujung menjadi guru besar. Inspiratif, pulang dari kantor dekanat aku pun bismillah teguh tetap lanjut sekolah kedokteran, dan menuruti arahan beliau,aku fokus juga ke kegiatan lain selain perkuliahan, kuputuskan menjadi aktitivis mahasiswa, bukan untuk menggulingkan rezim tentu saja niat utamanya. Akupun bergabung dengan CIMSA, organisasi mahasiswa kedokteran. Datang lah kembali aku ke prof Iwan membawa rencanaku aktif di CIMSA, beliau manggut-manggut, kemudian 100 % setuju. All out membimbing dan membantu. Diajari aku cara berorganisasi, diajari cara presentasi, diajari cari meraih mimpi. Seolah kurang, beliau juga membantu mendanai aktivitas-aktivitas aku yang seringnya menuntut diriku pergi ke luar Jogja, bahkan keluar negara. Ditanamkan dalam-dalam ke aku, berujung jadi dokter apapun nantinya, aku harus jadi dokter yang memberi nilai tambah ke umat manusia. Long story short, akupun selesai dan bisa lulus jadi dokter serta bekerja di bidang yang aku minati. Beberapa tahun yang lalu sekembalinya aku dari perantauan untuk lanjut sekolah pediatrik, saat berpapasan di koridor rumah sakit, beliau menghentikan langkah cepatnya membalas sapaan murid urakannya ini, begitu tau aku lanjut sekolah,  beliau berkata singkat dengan ramah lengkap dengan senyum lebarnya, Welcome back, good choice.. Kata prof Iwan. Sampai ketemu kembali prof, di hari akhir nanti. Izinkan kami untuk melanjutkan derap cepat langkah prof, hari demi hari. Sampai saatnya datang untuk kami sementara doa kami dulu yang akan selalu menyertai. Insya Allah tempat terbaik untuk prof Iwan, guru besar kami. Amin. Salam

Hosted on Acast. See acast.com/privacy for more information.